Sabtu, 21 Maret 2015

History of Sociology

Hi bloggers and audiences, long time no see. How are you today? Today, I am coming back to posting my new blog. This my new exercise in second semester. Its about sociology and politic. The exercise is telling about history of sociology . hmm actually, this exercise was finishing a few weeks ago. Now I will post to you guys!! ok, I wish you have a great reading. Let's enjoy :)



Sejarah perkembangan sosiologi di dunia hingga masuk ke Indonesia
Sebelum membahas perkembangan sosiologi, saya akan menjelaskan secara ringkas apa itu sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa latin, yaitu socius yang berarti kawan, masyarakat. Lalu berasal dari kata logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jika digabungkan sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat. Yang dipelajari adalah pola interaksi atau hubungan social saling ketergantungan antar manusia. Istilah sosiologi pertama kali dipublikasikan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Akan tetapi, Herbert Spencer-lah yang mempopulerkan istilah tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat. Setelah buku Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ilmu sosiologi pertama kali ada di benua eropa pada abad 19. Pada masa tersebut para ilmuwan berfikir mengenai perlunya mempelajari perubahan yang terjadi pada masyarakat secara khusus terutama pada kondisi dan perubahan social yang terjadi pada masa tersebut.
Sebelum sosiologi masuk ke Indonesia, ilmu sosiologi berkembang pesat di Negara-negara barat. Terutama eropa, karena Negara tersebut adalah yang pertama kali mempelajari ilmu tentang perubahan masyarakat. Akan tetapi, pada masa modern , abad 20, ilmu sosiologi berkembang pesat di Negara Amerika dan Kanada bukan di Eropa walaupun Eropa Negara yang pertama kali memperkenalkan istilah sosiologi.
Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.
A.  PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DI NEGARA BARAT
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa sosiologi berawal pada abad 19 di Negara Eropa. Ilmu sosiologi yang berkembang di masyarakat eropa terjadi akibat adanya revolusi industry pada abad pertengahan. Revolusi industry menyebabkan perubahan pada system dan struktur masyarakat. Akan tetapi, sebenarnya perubahan-perubahan social skala besar itu tidak hanya terjadi di abad pertengahan, tetapi juga terjadi jauh sebelumnya. Misalnya ketika di abad ke-4 SM ketika Alexander menaklukkan Negara-negara Yunani, yang akhirnya mengubah system Negara kota menjadi Negara kekaisaran.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, istilah sosiologi pertama kali diungkapkan oleh Auguste Comte. Namun, sebelum comte sudah ada beberapa filsuf eropa yang mengkaji ilmu kemasyarakatan walaupun namanya bukan sosiologi. Beberapa ahli filsuf tersebut ialah Socrates, plato,Aristoteles, Ibnu Khaldun, seorang ahli filsafat dari Arab, Thomas More dan N. Machiavelli yang turut mewarnai ilmu kemasyarakatan pada zaman Renaissance, Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau yang ajarannya bersifat rasionalistis, dan lain-lain.
Masa sebelum Auguste Comte disebut masa pencerahan. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada abad ini. Para ahli pada zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia. Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.
Beberapa ahli memberikan pendapat mengenai asal-usul berkembangnya ilmu sosiologi di Eropa, yaitu:
a.           Menurut Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap sudah seharusnya demikian nyata dan benar (threats to the taken for granted world). L. Laeyendecker mengidentifikasi ancaman tersebut meliputi:
1.    terjadinya dua revolusi, yakni revolusi industri dan revolusi Prancis,
2.    tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15,
3.    perubahan di bidang sosial dan politik,
4.    perubahan yang terjadi akibat gerakan reformasi yang dicetuskan Martin Luther,
5.    meningkatnya individualisme,
6.    lahirnya ilmu pengetahuan modern,
7.    berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri.
b.          Menurut Laeyendecker, ancaman-ancaman tersebut menyebabkan perubahan-perubahan jangka panjang yang ketika itu sangat mengguncang masyarakat Eropa dan seakan membangunkannya setelah terlena beberapa abad.
c.           Auguste Comte, seorang filsuf Prancis, melihat perubahan-perubahan tersebut tidak saja bersifat positif seperti berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negatif. Salah satu dampak negatif tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat.
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata.

Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini. 
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

  1. ·  Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnnya.
  2. Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
  3. Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Pada masa modern, yakni abad 20 sosiologi berkembang pesat di Amerika dan Kanada. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena, pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
B.  PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DI INDONESIA
Pengetahuan sosiologi pada dasarnya sudah ada dan berkembang di Indonesia sejak zaman dahulu. Bahkan sudah ada pada masa kerajaan, penjajahan belanda, jepang, sampai Indonesia merdeka. Pada zaman munculnya kerajaan hindu-budha sampai kerajaan islam muncul sebenarnya sosiologi sudah mulai berkembang walaupun dahulu belum ada istilah sosiologi. Hal ini terlihat dari hubungan antar masyarakat Indonesia dengan para pendatang yang menyebarkan budaya baru ke Indonesia. Seperti melalui perdagangan, perkawinan, penyebaran agama, dll.
Pada zaman perang dunia I dan II sebenarnya sosiologi pun sudah mulai berkembang. Hal ini dapat dilihat dari kedatangan kolonial di indonesia, perkembangan sosiologi makin diwarnai dengan munculnya ajaran-ajaran sosiologi yang lebih tersistematis dan lebih ilmiah jika dipandang dari kajian Barat. Namun sebenarnya ketika para penjajah datang pun, sebenarnya sosiologi sebagai kelanjutan perkembangan corak pemerintahan dan ajaran islam tetap berkembang. Soekanto (1982: 48)
Hal lain dapat dilihat dari ajaran-ajaran para pujangga ataupun tokoh bangsa Indonesia yang memasukkan unsur-unsur sosiologi didalamnya meskipun sosiologi baru pada batas sebagai pengetahuan dan belum menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Contohnya adalah ajaran Wulang Reh yang diberikan oleh Paduka Mangkunegoro IV telah memasukkan unsur hubungan manusia pada berbagai golongan yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan sosiologi sudah dikenal dan dikembangkan di Indonesia pada masa itu.
Proses selanjutnya, konsep penting dalam sosiologi berupa kepemimpinan dan kekeluargaan dipraktikkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai peletak dasar pendidikan nasional Indonesia dalam proses pendidikan di Taman Siswa.
Sosiologi sebagai suatu ilmu yang mandiri masih berusia relative muda dan secara formal baru diperkenalkan di Indonesia oleh Prof. Dr. B. Ccrieke,  seorang guru besar sosiologi dari Belanda sebagai “alat Bantu” pendidikan hukum di Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshofeschool) yang didirikan di Jakarta tahun 1924. namun seiring berjalannya waktu, mata kuliah tersebut ditiadakan karena pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses yang terjadi didalamnya dianggap tidak diperlukan dalam pelajaran hukum. Asumsi yang berkembang pada saat itu adalah bahwa yang perlu diketahui dalam ilmu hukum adalah perumusan peraturan dan system-sistem untuk menafsirkannya, sedangkan penyebab terjadinya serta tujuan sebuah peraturan dianggap tidak begitu penting untuk diketahui.
Baru setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, sosiologi mengalami perkembangan yang cukup sifnifikan di negeri ini. Tokoh yang pertama kalo mengajarkan sosiologi dalam bahasa Indonesia adalah Soenario Kolopaking pada tahun 1948 di akademi ilmu politik Jogjakarta (pada saat ini menjadi fakultas ilmu social dan Politik UGM). Berawal dari situlah akhirnya sosiologi mulai mendapat perhatian dari kalangan akademis di Indonesia. Terlebih lagi dengan  semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, banyak pelajar Indonesia yang mendalami ilmu sosiologi dan kemudian mengajarkan ilmu tersebut di Indonesia.
Adapun buku tentang sosiologi dalam bahasa Indonesia diterbitkan pertama kali oleh Djody Gondokusuma dengan judul Sosiologi Indonesia. Buku tersebut berisi tentang beberapa pengertian mendasar dari sosiologi.

Buku ini banyak membantu para pelajar pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam memahami perubahan yang terjad sedemikian cepa (revolusi) dalam masyarakat Indonesia saat itu.
Setelah kelahiran buku pertama tersebut, muncul berbagai buku sosiologi baik yang ditulis oleh orang-orang Indonesia ataupun terjemahan dari bahasa asing. Selain itu muncul berbagai fakultas ilmu social dan politik di universitas-universitas dalam negeri. Hingga akhirnya pada saat ini anda pun sudah bisa mempelajari sosiologi di Indonesia yang termasuk dalam generasi tua adalah Prof. Dr. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, S.H. M.A dan Soenario Kolopaking. Selain mereka dikenal pula beberapa sosiolog lain seperti Soerjono Soekanto, Prof. H.W. Bachtiar, Dr. Arief Budiman, Dr. Loekman Soetrisno, Dr. Nasikun. K.J, Veeger, dan sebagainya.
Bahkan saat ini ilmu sosiologi tidak hanya dipelajari oleh kalangan mahasiswa saja, tetapi pelajar. Di SD, SMP sampai SMA pun mempelajari ilmu sosiologi. Sekarang pun sudah banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang memiliki fakultas ilmu social dan ilmu politik ( fisip ) yang didalamnya mempelajari ilmu sosiologi secara lebih mendalam.
Akan tetapi, penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya, oleh masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku.


sumber :
 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar